Halaman


Sabtu, 28 Februari 2009

Ibu

Salam cinta untuk fajar di ufuk timur

Salam damai bagi cahaya subuh yang subur

salam cintaku untuk ibu…

salam terindahku bagi kasihmu..

ibu

Berat langkah kakimu yang rapuh

Berharap selalu untuk bersimpuh

Langkah kaki yang terasa hangat bagiku

Membangunkan ku dari lelapku

Ibu

Tak terhitung peluhmu

Untuk terus mendukungku

Tak terkira curahan kasihmu

Untuk selalu menyanjungku

Ibu

salam cintaku untuk ibu…

salam terindahku bagi kasihmu..

Kuingin selalu membuatmu bangga padaku

Kuingin berarti bagi hidupmu

Kuingin selalu membahagiakanmu

Kuingin komitmen kuat untukmu

Karena..

Kuingin cinta yang kekal dari mu

Sabtu, 07 Februari 2009

CINTA SEORANG MUALAF

Aku Robi.
Aku seorang mualaf yang baru banget. Aku lahir di Sulawesi Utara di daerah Bitung. Kota pelabuhan yang gak pernah tidur.
Aku ngerantau ke tanah Jawa ikut sama pamanku. Ayah ibuku non muslim tapi mereka fine-fine aja aku pindah agama. Nah pamanku itu yang ngajak aku masuk Islam. Aku kuliah di institut teknik. Aku tertarik masuk Islam karena kagum akan budayanya dan rasa cintanya pada tuhan dan rasulnya. Pengetahuan Islamku emang masih cetek banget. Pamanku memasukanku ke tempat madrasah yg masuk jam dua siang dan pulang jam enam sore. Ya… itu pun aku susah banget nagtur kuliahnya.
Bulan-bulan berjalan tanpa memberi celah tuk beristirahat, di Madrasah aku dah naek kelas dua dan pastinya aku yang paling tua disitu coz anak yang lainnya banyak yang SMP.
“Ya… aku harus semangat, aku kan pengen lebih mengenal Allah sama nabi Muhammad”
Sesekali aku juga ikut liqo atau mentoring agama dikampus untuk memperdalam keislamanku. Aku masih semester dua sekarang, Alhamdulillah teman-teman aku dikampus tuh baik-baik banget, suka ngajarin ngaji dan pengetahuan lain tentang Islam. Aku juga sering dan suka banget baca buku tentang wali sanga. Subhanallah banget, merekalah yang merubah zaman jahiliyah di Indonesia.
Aku hidup merantau disini juga gak semuanya baik dan menyenangkan. Aku ngekost di pinggir kampus. Kosannya enak dan kesannya asri. Disitu banyak banget orang-orang Medan yang ngekost, ya… emang yang punya tuh orang Medan.
Dikosan ini yang aku harap bisa tenang, dan ada banyak orang yang ngajarin aku tentang islam tuh sedikit banget. Lantunan Alquran habis subuh dan maghrib pun jarang terdengar tak seperti dilingkunagn rumah pamanku. Memang sih anak-anaknya baik-baik, tapi aku tuh gak suka aja sama sifat dan kelakuannya. Mereka tuh sering clubbing kalau malam minggu atau habis ujian dikuliahnya.
Mereka tuh tau aku seorang mualaf dan sebagian mereka beragama muslim, tapi mereka seperti tak mencerminkan muslim dan lebih mengharap cinta dunia dari pada cinta dari Allah yang sempurna.
Mereka sering menyanyi tak henti ketika adzan berkumandang dan sering melalaikan shalat. Pernah salah satu dari mereka main ke kamar aku dan mengajak clubbing ke Jakarta. Otomatis aku menolaknya walaupun dengan perasaan yang tak enak padanya.
“Ah.. lo gak gaul neh… Ya cobain aja! Asik bro…..” kata temanku.

Gak satu atau dua kali aja aku dapat ajakan kayak gitu, pernah aku diajak malam mingguan ke daerah Puncak.
“Sekedar jalan-jalan aja seh gak apa-apa, tapi kalau yang macem-macem gak mau ah..” kataku.
“Ah payah neh” kata teman sekosanku.

Sebenarnya aku cukup terganggu dengan keadaan di kosan aku. Orang-orang disitu juga jika tertawa seperti puas sekali. Terbahak-bahak sangat keras, padahal Nabi Muhammad paling tidak suka orang yang terlalu banyak tertawa dan tertawanya sangat lantang.
Aku pernah suatu maghrib sedang membaca Alquran tetapi penghuni kamar sebelah aku masih nyanyi-nyanyi sangat keras dengan teman-temannya, memang ada yang non muslim, tapi dimana toleransi beragamanya, saat tetangganya sedang beribadah dan mendekatkan diri dengan Tuhannya.
“Duh.. apa begini ya ujian buat orang-orang yang mau bener?
Ah.. ini belum seberapa kok dari pada cobaan dan halangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Allah di tanah Arab. Ayo.. semangat!!!”
Dikampus, unsur-unsur agama Islam memang kuat tetapi tetap saja banyak mahasiswa terutama yang wanita berpakaian tetapi seperti tidak berpakaian.
Suatu hari aku dan teman-teman habis makan di warung makan, saat aku sedang menuju kelas aku berpapasan dengan para mahasiswa wanita. Entah ada magnet dari mana mataku melirik pada seorang gadis berkerudung merah muda.
“Subhanallah….. indah sekali wajahnya…”
Sejenak aku melihat dia dan tanpa sengaja jalanku terhenti.
“Woy… kayak norak aja ngeliat cewe lo… hehe.. cantik ya.. namanya Zahra temen gue. Islam banget tuh cewe, tapi tetep modis” kata temanku.
“Astaghfirullah… aku kan bukan muhrimnya ya hehehe…seenaknya aja ngeliatin”
Kataku dalam hati.
Malam hari ba’da isya aku baca Alquran, tumbennya malam itu kosan aku sepi jadi aku bisa tenang baca Alqurannya.
Jam menunjukkan pukul 10.15
Mataku sudah berat banget, kuliah hari ini memang menguras tenaga dan pikiran.
Tak sengaja pikiranku terbang mengingat gadis yang bernama Zahra itu. Ku ingat matanya yang bening, bibirnya yang tipis dan jilbab merah muda yang serasi dengan wajahnya.
“Astaghfirullah.. kok aku jadi ngebayangin dia ya? Ah klo emang jodoh juga gak akan kemana kok…
Aku yakin janji Allah yang di surat An-nur 26”
“Perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik pula. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang milia(surga).”
Kalau memang gitu aku harus lebih baik dari sekarang neh.
Aku mulai niatkan hati aku tuk lebih baik. Berawal dari diri sendiri dulu, aku shalat suka telat dan lebih sering menonton tv dan melamun.
Waktu terus berjalan, entah mungkin takdir Allah aku sering bertemu Zahra dan akhirnya aku bisa kenalan dengannya. Gadis ramah, santun dan alim banget. Suatu saat aku pernah mendengar alunan ayat Alquran yang merdu yang keluar dari mulutnya. Subhanallah indah sekali.

Makin hari aku makin jatuh cinta, tetapi aku gak mau cinta ini buta dan tercipta karena nafsu. Cinta ini harus tulus karena mengharap ridho dari Allah.

“Ya.. Allah. Ini adalah ujian cintaku. Aku akan mengikuti panah cintaku meski remuk redam jasadku karena cinta. Karena aku mencintainya tulus karena-Mu. Dan, inilah pemahamanku terhadap cinta yang hinggap dijiwaku.”
Tiap hari aku berusaha jadi muslim yang baik, berikhtiar terus demi mengharap ridho Allah. Tapi aku gak mau kalau ibadah aku semata-mata juga bisa mendapatkan cinta Zahra.
Alhamdulillah aku sudah sering banget baca Alquran dikosan dan amalan-amalan lain seperti sedekah. Aku yakin sedekah yang ikhlas itu akan melipat gandakan rezeki.
Saat subuh, sehabis shalat aku baca Quran. Aku terkejut saat ramai terdengar orang dikosan aku banyak yang membaca Quran. Betapa bahagianya aku saat lantunan ayat-ayat Allah berkumandang dipenjuru kosan.
“Bi.. Alhamdulillah ya, sekarang sudah banyak yang baca Quran di kosan kita. Mungkin karena kamu yang terus menerus membacanya ya..” kata mamang penjaga kosanku.
“Alhamdulillah mang.. mungkin Allah yang telah memberi hidayah pada mereka mang”
“Iya Alhamdulillah…”
Keesokan malam, mesjid di kampus aku mengadakan pengajian dan ceramah. Aku dan teman-teman kelasku menghadirinya. Mendengarkan lantunan ayat Alquran sungguh mempesona. Isi ceramah ustad Ali pun sungguh menarik.
Pukul 22.42 acara pun selesai dan kami pun pulang.

“Eh bro.. gue mo beli kertas folio neh.. lo pada duluan aja” kataku.
“Oh ya udah cuy… gue duluan ya….”

Aku berjalan sendiri di kegelapan jalanan kampus. Tiba-tiba, terdengar teriakan. Dengan cepat aku menghampirinya. Saat mendekat aku terkejut. Aku melihat wanita sedang diganggu oleh dua orang pria yang gak jelas. Lebih terkejut lagi wanita itu adalah Zahra. Dengan cepat aku bertindak melindungi Zahra.

“Bang lepasin dia!!” kataku.
Zahra langsung melepaskan diri dan berlindung di belakangku.
“Hah apa-apaan neh! Mau sok jago ya?” kata salah stu perampok itu.
“Udah bang.. mau abang apa?”
“Dasar anak bau kencur! Gue mau duit nya..”
“Nih bang mau berapa?” dengan cepat aku mengeluarkan uang pecahan seratus ribuaan dua lembar.
“Gue Cuma punya segini bang” tambahku.
“Hah kere lo! Yaudah lah..”
Dengan cepat perampok itu mengambil uang dari tanganku dan pergi menghilang di kegelapan malam.
Aku lihat Zahra menangis. Pastilah dia ketakutan.
“Udah… orang-orang itu udah pergi..”
Aku antar dia pulang sampai kosannya. Selama perjalanan gadis itu diam membisu, mungkin masih teringat hal yang tadi. Dan didepan kosannya dia berkata.
“Makasih ya udah nolongin aku…”
Sambil melempar senyumnya kepadaku dan hilang masuk kedalam kosan nya.
Setelah kejadian itu setiap Zahra bertemu dengan ku dia selalu tersenyum manis padaku. Dengan hanya begitu aku juga sudah senang, lagi pula kalau jodoh gak akan kemana. Aku juga bersyukur sama Allah karena sudah mempertemukan aku dengannya dan menolongnya dari orang-orang yang jahat.




THE END




by: K. Affan Farisi (h34070087)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger